1. SAMUDRA PASAI
• Orang Gujarat, Persia dan Arab yang berdagang dan menetap di muara Sungai Perlak dan muara Sungai Pasai mendirikan sebuah kesultanan. Dinasti Fatimiah runtuh tahun 1268 dan digantikan oleh dinasti Mamaluk yang beraliran Syafi’i, mereka menumpas orang-orang Syiah di Mesir, begitupula di pantai Timur Sumatera.
• Utusan dinastri Mamaluk yang bernama Syekh Ismail mengangkat Marah Silu menjadi sultan di Pasai, dengan gelar Sultan Malikul Saleh. Marah Silu yang semula menganut aliran Syiah berubah menjadi aliran Syafi’i.
• Sultan Malikul Shaleh digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Malikul Thahir, putra keduanya yang bernama Sultan Malikul Mansur memisahkan diri dan kembali menganut aliran Syiah.
• Saat Majapahit melakukan imperium ke seluruh Nusantara, kesultanan di Pasai tunduk dan berada di bawah kekuasaan Majapahit.
• Nama-nama sultan pengganti Sultan Malikul Saleh yang pernah berkuasa di Samudera Pasai adalah
1) Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malikul Tahir (1297-1363).
2) Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik Az-Zahir (1326-1348).
3) Sultan Zainal Abidin (1348-1383)
• Sumber-sumber yang menyatakan keberadaan kesultanan di Pasai didapat dari catatan Ibnu Batuta saat ekspedisi dari India ke Cina tahun 1345 dan catatan Marcopolo dari Venesia tahun 1292.
2. KERAJAAN MALAKA
• Didirikan oleh Paramisora, pangeran Majapahit yang melarikan diri ke Tumasik setelah terjadi Perang Paregreg (1401-1406). Pelariannya ke Tumasik (Singapura) dilanjutkan ke Semenanjung Malaka.
• Paramisora membuat pelabuhan sebagai tempat singgah para pedagang dari luar negeri maupun dalam negeri.
• Paramisora mengganti agama lamanya dengan agama Islam dan berganti nama menjadi Sultan Iskandar Syah.
• Kesultanan berikutnya adalah Muhammad Iskandar Syah (1414-1424) yang menikah dengan putri dari Pasai.
• Sultan Mudzafat Syah menggantikan Muhammad Iskandar Syah melalui kudeta, selanjutnya kesultanan dilanjutkan Sultan Mansur Syah (1458-1477), Sultan Mahmud Syah (1488-1511).
• Tahun 1511 saat Kerajaan Malaka dipimpin Sultan Mahmud Syah, terjadi penyerbuan oleh bangsa Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d’Alburquerque.
• Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Johor dan mendirikan kerajaan Johor
• Masalah perpajakan diurus seorang tumenggung yang menguasai wilayah tertentu, urusan perdagangan laut diurus oleh syahbandar dan urusan perkapalan diurus oleh laksamana.
3. KERAJAAN ACEH
• Kerajaan Aceh didirikan Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530
• Tahun 1564 Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Sultan Alaudin al-Kahar (1537-1568).
• Pada masa kerajaan Aceh dipimpin oleh Alaudin Riayat Syah datang pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman untuk meminta ijin berdagang di Aceh.
• Penggantinya adalah Sultan Ali Riayat dengan panggilan Sultan Muda, ia berkuasa dari tahun 1604-1607. Portugis melakukan penyerangan tapi usaha ini tidak berhasil.
• Setelah Sultan Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Muda dari tahun 1607-1636, kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam perdagangan. Banyak terjadi penaklukan di wilayah yang berdekatan dengan Aceh seperti Deli (1612), Bintan (1614), Kampar, Pariaman, Minangkabau, Perak, Pahang dan Kedah (1615-1619).
• Gejala kemunduran Kerajaan Aceh muncul saat Sultan Iskandar Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Thani (1637-1642). Pada masa ini terjadi pertikaian antara golongan bangsawan (Teuku) dengan golongan agama (Teungku), sedangkan golongan agama sendiri tidak pernah bersatu karena terdapat dua aliran yang berbeda, Syiah dan Sunni.
4. KERAJAAN DEMAK
• Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah. Yaitu keturunan Raja Brawijaya V yang menikah dengan putri Cina. Ketika Majapahit masih berkuasa walaupun dalam keadaan lemah, Raden Fatah diangkat menjadi bupati di Bintoro (Demak) dengan gelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Tahun 1500 Demak menyerang Majapahit dan memindahkan pusat pemerintahan di Demak.
• Setelah Raden Fatah wafat, Demak diserahkan kepada Cu-cu atau Sumangsang, Selanjutnya Demak diperintah oleh Dipati Unus dari tahun 1507.
• Tahun 1513 Demak memimpin pasukan yang dipimpin oleh Dipati Unus melakukan usaha merebut Selat Malaka dari Portugis. Karena kejadian itu, Dipati Unus dikenal dengan panggilan Pangeran Sabrang Lor atau Pangeran yang menyeberang ke Utara.
• Sultan Trenggana menggantikan saudaranya Dipati Unus dari tahun 1521-1546. Sultan Trenggana memperluas wilayah kekuasaan Demak ke Madiun (1529), Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan, Blitar, Wirasaba (1535), Kediri (1539), dan Blambangan (1546). Usaha Demak memperluas wilayah dilanjutkan ke Banten, Cirebon dan Jayakarta pada tahun 1525 dibawah pimpinan Fatahillah.
• Wafatnya Sultan Trenggana saat penaklukan Blambangan menimbulkan konflik keluarga yang ingin menguasai tahta kerajaan Demak. Adiknya yang bernama Pangeran Seda ing Lepen menjadi raja Demak, namun tidak berlangsung lama dan digantikan oleh Pangeran Prawata putra Sultan Trenggana. Namun Arya Penangsang putra Pangeran Seda ing Lepen sama-sama menginginkan tahta kerajaan Demak.
Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia
5. KERAJAAN BANTEN
• Untuk mengurangi pengaruh Portugis di Nusantara, Fatahillah membuat kerajaan Banten sebagai kerajaan bawahan Demak. Fatahillah melanjutkan penaklukannya ke Cirebon, dan kekuasaan Banten diserahkan kepada puteranya yang bernama Hasannudin.
• Pada tahun 1522 Banten memutuskan untuk melepaskan diri. Dengan demikian, Hasanuddin adalah pendiri dan peletak cikal-bakal kerajaan Banten. Hasanuddin dinikahkan dengan putri Sultran Trenggono
• Hasanuddin memiliki dua putera yaitu Maulana Yusuf dan Pangeran Jepara. Pangeran Jepara menikah dengan putri penguasa Jepara, Ratu Kali Nyamat dan menjadi pengganti penguasa Jepara.
• Pada tahun 1570 Banten diperintah Maulana Yusuf. Ia melakukan penaklukan ke kerajaan Pajajaran yang masih beragama Hindu.
• Setelah Maulana Yusuf wafat tahun 1580, kekuasaan diberikan kepada Maulana Muhammad. Proses peralihan kekuasaan ini mendapat tentangan dari Pangeran Jepara. Usaha Pangeran Jepara untuk menguasai Banten dilakukan dengan penyerangan, namun gagal karena Maulana Yusuf dibantu oleh para ulama.
• Tahun 1651-1682, Banten mengalami kejayaan saat diperitah oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Ia sangat keras terhadap Belanda. Anehnya, Sultan Haji (putra Sultan Ageng Tirtayasa) tidak menyetujui dan malah bersekutu dengan Belanda.
6. KERAJAAN MATARAM
• Jaka Tingkir menantu Pangeran Trenggono memindahkan pusat pemerintahan dari Demak ke Pajang, dan kemudian mendirikan kerajaan Pajang dan menjadi raja pertama di Pajang dengan gelar Hadiwijaya.
• Jaka Tingkir melakukan penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan kecil di Jawa Timur. Ia memberikan hadiah kepada dua orang yang telah berjasa selama penaklukan, mereka adalah Ki Ageng Pamanahan yang ditempatkan di Mataram dan Ki Ageng Panjawi yang ditempatkan di Panjawi.
• Pada tahun 1578 didirikan keraton oleh Pamanahan di Plered sebagai ibukota wilayah Mataram. Setelah Pamanahan, kekuasaan wilayah dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Senapati. Kelak, Senapati yang menjadi peletak cikal-bakal kerajaan Mataram.
• Pada tahun 1613-1645, Sultan Agung membawa Kerajaan Mataram ke dalam masa kejayaan.
• Amangkurat I putera dari Sultan Agung melakukan kerjasama dengan Belanda untuk dapat mengatasi pemberontakan-pemberontakan di daerah. Belanda berkeinginan untuk menguasai tanah Jawa yang subur dengan memecah Mataram menjadi beberapa kerajaan kecil dan memaksa untuk dilakukan Perjanjian Giyanti (1755). Isi dari Perjanjian Giyanti adalah membagi kerajaan Mataram menjadi dua wilayah kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta dengan Mangkubumi sebagai raja dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I, dan Kasunanan Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono III.
• Tahun 1813, oleh Belanda wilayah Mataram dibagi menjadi 4 bagian yaitu Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran.
7. KERAJAAN GOA TALLO
• Goa dan Tallo merupakan kerajaan kembar, pada tahun 1603 Goa menjadi kerajaan Islam Daeng Manrabia masuk Islam dan bergelar Alauddin, Tallo menjadi kerajaan Islam saat Kraeng Matoaya masuk Islam dan bergelar Sultan Abdullah. Wilayahnya meliputi sebagian besar Sulawesi dan bagian timur Nusa Tenggara.
• Setelah Alaudin meninggal, tahta diserahkan kepada Hasanuddin (1654-1660). Usaha ayahnya menentang Belanda dilanjutkan, bahkan kegigihannya sangat merepotkan. Oleh karena itu Hasanuddin dikenal dengan “ayam jantan dari timur”. Penguasa Makassar selanjutnya adalah Mapasomba, putra Hasanuddin.
• Bone merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang dipimpin oleh Aru Palaka menawarkan kerjasama untuk membantu Belanda. Tahun 1667, Belanda dapat menghancurkan Makassar dan memaksa dilakukan Perjanjian Bongaya, yang isinya antara lain
1) Pengakuan hak monopoli Belanda.
2) Belanda dapat mendirikan benteng-benteng pertahanan di Makassar.
3) Makassar melepaskan daerah-daerah kekuasaan.
4) Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone
8. KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE
• Di pulau Maluku terdapat empat kerajaan besar, yaitu Jailolo, Bacan, Ternate dan Tidore. Ternate dan Tidore merupakan kerajaan besar yang menguasai persaingan perdagangan dibandingkan dengan lainnya. Dalam persaingannya Ternate membentuk Uli lima (persekutuan lima) yang terdiri dari Bacan, Obi, Seram dan Ambon, sedangkan Tidore membentuk Uli siwa (persekutuan sembilan) yang terdiri dari Jailolo, Makian, dan pulau-pulau kecil di Maluku sampai Irian.
• Portugis bersekutu dengan Ternate dan Spanyol bersekutu dengan Tidore. Dengan perjanjian Saragosa Spanyol menguasai Filipina dan Portugis menguasai Maluku.
• Sultan Tabariji dari Ternate ditangkap tanpa alasan jelas dan dibuang ke Goa. Melihat kejadian tersebut Sultan Hairun sebagai penguasa kerajaan Ternate secara terang-terangan menentang hak monopoli Portugis di Maluku, dengan tipu muslihat Sultan Hairun dibunuh oleh bangsanya sendiri.
• Tahun 1570 Sultan Baabulah berhasil mengusir Portugis dari tanah Ternate. Akhirnya Portugis keluar dari Maluku dan tinggal di daerah Timor Timur
• Orang Gujarat, Persia dan Arab yang berdagang dan menetap di muara Sungai Perlak dan muara Sungai Pasai mendirikan sebuah kesultanan. Dinasti Fatimiah runtuh tahun 1268 dan digantikan oleh dinasti Mamaluk yang beraliran Syafi’i, mereka menumpas orang-orang Syiah di Mesir, begitupula di pantai Timur Sumatera.
• Utusan dinastri Mamaluk yang bernama Syekh Ismail mengangkat Marah Silu menjadi sultan di Pasai, dengan gelar Sultan Malikul Saleh. Marah Silu yang semula menganut aliran Syiah berubah menjadi aliran Syafi’i.
• Sultan Malikul Shaleh digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Malikul Thahir, putra keduanya yang bernama Sultan Malikul Mansur memisahkan diri dan kembali menganut aliran Syiah.
• Saat Majapahit melakukan imperium ke seluruh Nusantara, kesultanan di Pasai tunduk dan berada di bawah kekuasaan Majapahit.
• Nama-nama sultan pengganti Sultan Malikul Saleh yang pernah berkuasa di Samudera Pasai adalah
1) Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malikul Tahir (1297-1363).
2) Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik Az-Zahir (1326-1348).
3) Sultan Zainal Abidin (1348-1383)
• Sumber-sumber yang menyatakan keberadaan kesultanan di Pasai didapat dari catatan Ibnu Batuta saat ekspedisi dari India ke Cina tahun 1345 dan catatan Marcopolo dari Venesia tahun 1292.
2. KERAJAAN MALAKA
• Didirikan oleh Paramisora, pangeran Majapahit yang melarikan diri ke Tumasik setelah terjadi Perang Paregreg (1401-1406). Pelariannya ke Tumasik (Singapura) dilanjutkan ke Semenanjung Malaka.
• Paramisora membuat pelabuhan sebagai tempat singgah para pedagang dari luar negeri maupun dalam negeri.
• Paramisora mengganti agama lamanya dengan agama Islam dan berganti nama menjadi Sultan Iskandar Syah.
• Kesultanan berikutnya adalah Muhammad Iskandar Syah (1414-1424) yang menikah dengan putri dari Pasai.
• Sultan Mudzafat Syah menggantikan Muhammad Iskandar Syah melalui kudeta, selanjutnya kesultanan dilanjutkan Sultan Mansur Syah (1458-1477), Sultan Mahmud Syah (1488-1511).
• Tahun 1511 saat Kerajaan Malaka dipimpin Sultan Mahmud Syah, terjadi penyerbuan oleh bangsa Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d’Alburquerque.
• Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Johor dan mendirikan kerajaan Johor
• Masalah perpajakan diurus seorang tumenggung yang menguasai wilayah tertentu, urusan perdagangan laut diurus oleh syahbandar dan urusan perkapalan diurus oleh laksamana.
3. KERAJAAN ACEH
• Kerajaan Aceh didirikan Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530
• Tahun 1564 Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Sultan Alaudin al-Kahar (1537-1568).
• Pada masa kerajaan Aceh dipimpin oleh Alaudin Riayat Syah datang pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman untuk meminta ijin berdagang di Aceh.
• Penggantinya adalah Sultan Ali Riayat dengan panggilan Sultan Muda, ia berkuasa dari tahun 1604-1607. Portugis melakukan penyerangan tapi usaha ini tidak berhasil.
• Setelah Sultan Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Muda dari tahun 1607-1636, kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam perdagangan. Banyak terjadi penaklukan di wilayah yang berdekatan dengan Aceh seperti Deli (1612), Bintan (1614), Kampar, Pariaman, Minangkabau, Perak, Pahang dan Kedah (1615-1619).
• Gejala kemunduran Kerajaan Aceh muncul saat Sultan Iskandar Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Thani (1637-1642). Pada masa ini terjadi pertikaian antara golongan bangsawan (Teuku) dengan golongan agama (Teungku), sedangkan golongan agama sendiri tidak pernah bersatu karena terdapat dua aliran yang berbeda, Syiah dan Sunni.
4. KERAJAAN DEMAK
• Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah. Yaitu keturunan Raja Brawijaya V yang menikah dengan putri Cina. Ketika Majapahit masih berkuasa walaupun dalam keadaan lemah, Raden Fatah diangkat menjadi bupati di Bintoro (Demak) dengan gelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Tahun 1500 Demak menyerang Majapahit dan memindahkan pusat pemerintahan di Demak.
• Setelah Raden Fatah wafat, Demak diserahkan kepada Cu-cu atau Sumangsang, Selanjutnya Demak diperintah oleh Dipati Unus dari tahun 1507.
• Tahun 1513 Demak memimpin pasukan yang dipimpin oleh Dipati Unus melakukan usaha merebut Selat Malaka dari Portugis. Karena kejadian itu, Dipati Unus dikenal dengan panggilan Pangeran Sabrang Lor atau Pangeran yang menyeberang ke Utara.
• Sultan Trenggana menggantikan saudaranya Dipati Unus dari tahun 1521-1546. Sultan Trenggana memperluas wilayah kekuasaan Demak ke Madiun (1529), Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan, Blitar, Wirasaba (1535), Kediri (1539), dan Blambangan (1546). Usaha Demak memperluas wilayah dilanjutkan ke Banten, Cirebon dan Jayakarta pada tahun 1525 dibawah pimpinan Fatahillah.
• Wafatnya Sultan Trenggana saat penaklukan Blambangan menimbulkan konflik keluarga yang ingin menguasai tahta kerajaan Demak. Adiknya yang bernama Pangeran Seda ing Lepen menjadi raja Demak, namun tidak berlangsung lama dan digantikan oleh Pangeran Prawata putra Sultan Trenggana. Namun Arya Penangsang putra Pangeran Seda ing Lepen sama-sama menginginkan tahta kerajaan Demak.
Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia
5. KERAJAAN BANTEN
• Untuk mengurangi pengaruh Portugis di Nusantara, Fatahillah membuat kerajaan Banten sebagai kerajaan bawahan Demak. Fatahillah melanjutkan penaklukannya ke Cirebon, dan kekuasaan Banten diserahkan kepada puteranya yang bernama Hasannudin.
• Pada tahun 1522 Banten memutuskan untuk melepaskan diri. Dengan demikian, Hasanuddin adalah pendiri dan peletak cikal-bakal kerajaan Banten. Hasanuddin dinikahkan dengan putri Sultran Trenggono
• Hasanuddin memiliki dua putera yaitu Maulana Yusuf dan Pangeran Jepara. Pangeran Jepara menikah dengan putri penguasa Jepara, Ratu Kali Nyamat dan menjadi pengganti penguasa Jepara.
• Pada tahun 1570 Banten diperintah Maulana Yusuf. Ia melakukan penaklukan ke kerajaan Pajajaran yang masih beragama Hindu.
• Setelah Maulana Yusuf wafat tahun 1580, kekuasaan diberikan kepada Maulana Muhammad. Proses peralihan kekuasaan ini mendapat tentangan dari Pangeran Jepara. Usaha Pangeran Jepara untuk menguasai Banten dilakukan dengan penyerangan, namun gagal karena Maulana Yusuf dibantu oleh para ulama.
• Tahun 1651-1682, Banten mengalami kejayaan saat diperitah oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Ia sangat keras terhadap Belanda. Anehnya, Sultan Haji (putra Sultan Ageng Tirtayasa) tidak menyetujui dan malah bersekutu dengan Belanda.
6. KERAJAAN MATARAM
• Jaka Tingkir menantu Pangeran Trenggono memindahkan pusat pemerintahan dari Demak ke Pajang, dan kemudian mendirikan kerajaan Pajang dan menjadi raja pertama di Pajang dengan gelar Hadiwijaya.
• Jaka Tingkir melakukan penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan kecil di Jawa Timur. Ia memberikan hadiah kepada dua orang yang telah berjasa selama penaklukan, mereka adalah Ki Ageng Pamanahan yang ditempatkan di Mataram dan Ki Ageng Panjawi yang ditempatkan di Panjawi.
• Pada tahun 1578 didirikan keraton oleh Pamanahan di Plered sebagai ibukota wilayah Mataram. Setelah Pamanahan, kekuasaan wilayah dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Senapati. Kelak, Senapati yang menjadi peletak cikal-bakal kerajaan Mataram.
• Pada tahun 1613-1645, Sultan Agung membawa Kerajaan Mataram ke dalam masa kejayaan.
• Amangkurat I putera dari Sultan Agung melakukan kerjasama dengan Belanda untuk dapat mengatasi pemberontakan-pemberontakan di daerah. Belanda berkeinginan untuk menguasai tanah Jawa yang subur dengan memecah Mataram menjadi beberapa kerajaan kecil dan memaksa untuk dilakukan Perjanjian Giyanti (1755). Isi dari Perjanjian Giyanti adalah membagi kerajaan Mataram menjadi dua wilayah kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta dengan Mangkubumi sebagai raja dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I, dan Kasunanan Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono III.
• Tahun 1813, oleh Belanda wilayah Mataram dibagi menjadi 4 bagian yaitu Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran.
7. KERAJAAN GOA TALLO
• Goa dan Tallo merupakan kerajaan kembar, pada tahun 1603 Goa menjadi kerajaan Islam Daeng Manrabia masuk Islam dan bergelar Alauddin, Tallo menjadi kerajaan Islam saat Kraeng Matoaya masuk Islam dan bergelar Sultan Abdullah. Wilayahnya meliputi sebagian besar Sulawesi dan bagian timur Nusa Tenggara.
• Setelah Alaudin meninggal, tahta diserahkan kepada Hasanuddin (1654-1660). Usaha ayahnya menentang Belanda dilanjutkan, bahkan kegigihannya sangat merepotkan. Oleh karena itu Hasanuddin dikenal dengan “ayam jantan dari timur”. Penguasa Makassar selanjutnya adalah Mapasomba, putra Hasanuddin.
• Bone merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang dipimpin oleh Aru Palaka menawarkan kerjasama untuk membantu Belanda. Tahun 1667, Belanda dapat menghancurkan Makassar dan memaksa dilakukan Perjanjian Bongaya, yang isinya antara lain
1) Pengakuan hak monopoli Belanda.
2) Belanda dapat mendirikan benteng-benteng pertahanan di Makassar.
3) Makassar melepaskan daerah-daerah kekuasaan.
4) Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone
8. KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE
• Di pulau Maluku terdapat empat kerajaan besar, yaitu Jailolo, Bacan, Ternate dan Tidore. Ternate dan Tidore merupakan kerajaan besar yang menguasai persaingan perdagangan dibandingkan dengan lainnya. Dalam persaingannya Ternate membentuk Uli lima (persekutuan lima) yang terdiri dari Bacan, Obi, Seram dan Ambon, sedangkan Tidore membentuk Uli siwa (persekutuan sembilan) yang terdiri dari Jailolo, Makian, dan pulau-pulau kecil di Maluku sampai Irian.
• Portugis bersekutu dengan Ternate dan Spanyol bersekutu dengan Tidore. Dengan perjanjian Saragosa Spanyol menguasai Filipina dan Portugis menguasai Maluku.
• Sultan Tabariji dari Ternate ditangkap tanpa alasan jelas dan dibuang ke Goa. Melihat kejadian tersebut Sultan Hairun sebagai penguasa kerajaan Ternate secara terang-terangan menentang hak monopoli Portugis di Maluku, dengan tipu muslihat Sultan Hairun dibunuh oleh bangsanya sendiri.
• Tahun 1570 Sultan Baabulah berhasil mengusir Portugis dari tanah Ternate. Akhirnya Portugis keluar dari Maluku dan tinggal di daerah Timor Timur
0 komentar:
Posting Komentar