Ini kisah tentang Anselm Tormeeda yang merupakan seorang pendeta sekaligus sarjana
Kristen. Setelah masuk Islam, dia menulis sebuah buku yang berjudul “The Gift
to the Intelligent or Refuting the Arguments of the Christians.” Dan pada
awal bukunya, dia menulis kisahnya masuk Islam. Hal ini sangat menarik karena
dalam bukunya dia memberikan kesaksian bahwa sang Paraclete yang disebutkan oleh Yesus dalam Bible sebenarnya adalah Nabi
Muhammad.
Anselm lahir di kota Mayorka. Kota itu juga merupakan sebuah pulau. Dalam bukunya, dia menjelaskan suasana kota Mayorka dan bagaimana kapal-kapal pedagang yang mengangkut berbagai macam barang sering berlabuh disana.
Ayahnya adalah orang yang dihormati di
kota itu dan Anselm adalah anak semata wayangnya. Ketika dia berumur 6 tahun, dia merantau untuk belajar
tentang Gospel kepada seorang pendeta. Para pendeta pada masa itu adalah
satu-satunya yang berpendidikan sehingga mereka dapat membaca dan menulis,
banyak juga dari mereka yang tertarik di bidang filosofi. Jadi dia mempelajari
Gospel dan selesai dalam waktu 6 tahun, jadi ini pada waktu dia berumur 12
tahun. Berikut ini kisahnya:
Aku hidup di dalam gereja dengan seorang pendeta Mesir. Dia sangat dihormati orang-orang karena pengetahuannya dalam bidang agama yang membedakannya dengan pendeta Kristen lainnya. Pertanyaan dan permintaan saran datang dari segala penjuru, termasuk dari raja dan penguasa. Mereka juga memberikan hadiah kepadanya. Mereka berharap dia akan menerima hadiahnya dan memberikan mereka pemberkatan. Pendeta itu mengajarkan aku prinsip-prinsip Kekristenan dan aturannya.
Aku menjadi sangat dekat dengannya dalam melayani dan membantunya, sehingga aku menjadi salah satu asisten yang paling dipercayainya. Dia mempercayaiku untuk memegang kunci ruangannya dalam gereja, yang juga kunci untuk membuka ruangan tempat menaruh makanan dan minuman. Dia hanya memegang sebuah kunci kecil untuk ruang tidurnya. Hanya Allah yang tahu bahwa dia menyimpan hartanya yang paling berharga disana. Aku seorang murid yang melayaninya selama 10 tahun. Kemudian dia jatuh sakit dan tidak bisa mendatangi pertemuan dengan teman-teman pendetanya.
Selama absennya, para pendeta berdiskusi tentang hal-hal keagamaan, hingga mereka yakin akan wahyu Allah kepada Yesus yang tertulis di dalam gospel, bahwa setelah Yesus akan datang seorang nabi yang dijuluki Paraclete. Mereka terus beradu pendapat tentang siapa nabi ini, setiap orang memberikan pendapat menurut pengetahuan dan pemahaman mereka masing-masing dan debat itu berakhir tanpa adanya kesimpulan.
Aku pergi kepada pendetaku dan seperti biasa dia menanyaiku tentang apa yang didiskusikan dalam pertemuan hari itu. Aku mengatakan padanya perbedaan pendapat diantara para pendeta tentang siapa itu Paraclete dan mereka menyudahi pertemuan itu tanpa menyelesaikan permasalahannya. Kemudian dia bertanya siapa Paraclete itu menurut pendapatku. Aku memberikan pendapatku menurut pemahamanku tentang Gospel. Dia mengatakan bahwa aku hampir benar seperti beberapa pendeta, dan pendeta lainnya salah. Tapi kenyataannya berbeda dari semua pemahaman mereka. Ini karena nama yang suci itu hanya diketahui oleh sebagian kecil sarjana yang sangat berpengalaman, sedangkan kami hanya memiliki pengetahuan yang sedikit.
Aku membungkuk dan mencium kakinya sambil mengatakan "Pak, kau tahu aku berkelana dan menemuimu dari negeri yang sangat jauh, aku telah melayanimu lebih dari 10 tahun dan telah memiliki pengetahuan yang banyak, jadi tolong hargai aku dan katakan padaku tentang namanya yang benar."
Pendeta itu kemudian menangis dan berkata "Anakku, demi Tuhan kau sangat baik karena melayani dan mengabdi padaku, ketahuilah tentang namanya yang benar dan disana ada manfaat yang besar tapi juga ada bahaya yang besar. Dan aku takut ketika kau mengetahui tentang kebenaran ini dan orang-orang Kristen juga mengetahuinya, maka kau akan dibunuh."
Kukatakan "Demi Tuhan dan demi Gospel dan dia yang diutus dengannya, aku takkan pernah mengucapkan sepatah kata pun tentang apa yang akan kau beritahu padaku, aku akan menyimpannya di dalam hatiku."
Dia berkata "Anakku, ketika kau datang ke sini dari negerimu, aku bertanya padamu apakah negerimu dekat dengan muslim, dan apakah mereka mencuri darimu dan apakah kau mencuri dari mereka, ini untuk mengetes kebencianmu akan Islam. Anakku, Paraclete itu adalah sebutan untuk nabi mereka, yaitu Muhammad yang diwahyukan padanya kitab keempat seperti yang disebutkan oleh Daniel. Jalannya adalah jalan yang jelas seperti disebutkan di dalam Gospel."
Aku berkata "Dengan begitu Pak, apa pendapatmu tentang agama Kristen?"
Dia berkata "Anakku, jika Kristen tetap dalam agama Yesus yang sebenarnya, dengan begitu mereka berada dalam agama Tuhan karena agama Yesus dan semua nabi adalah berasal dari Tuhan. Tapi mereka telah mengubah agama ini dan berubah menjadi kafir."
Aku bertanya padanya "Dengan begitu pak, apakah keselamatan dari ini?" Dia berkata "Wahai anakku, masuklah ke dalam agama Islam." Aku bertanya "Akankah seseorang yang memeluk Islam terselamatkan?" Dia berkata "Ya, di dunia ini dan di akhirat."
Aku berkata "Jika kau tahu kebenaran tentang Islam, dengan begitu mengapa kau tidak memeluk Islam?" Dia berkata "Anakku, Allah Yang Maha Kuasa tidak menyadarkanku kepada kebenaran Islam hingga aku menjadi tua dan tubuhku melemah. Ya, tak ada alasan untuk kita dalam hal ini. Sebaliknya, bukti Allah telah ditetapkan kepada kita. Jika Tuhan menuntunku kepada agama ini sejak aku seumuran denganmu, aku akan meninggalkan segalanya dan masuk ke dalam agama kebenaran. Cinta kepada dunia ini adalah dosa besar, dan lihatlah bagaimana aku dihargai, diagungkan, dan dihormati oleh umat Kristen. Dan lihatlah bagaimana aku hidup di dalam kemakmuran dan kenyamanan. Jika aku menunjukkan sedikit saja kecendrungan kepada Islam, mereka akan membunuhku. Segala puji bagi Allah dan agama Yesus dan Allah tahu bahwa ini ucapan hatiku."
Jadi aku bertanya padanya "Apakah kau menyarankanku untuk pergi ke negeri umat muslim dan memasuki Islam?" Dia berkata padaku "Jika kau bijaksana dan berharap untuk menyelamatkan dirimu, dengan demikian pergilah ke sana sehingga kau akan selamat di kehidupan ini dan di akhirat. Tapi anakku, percakapan ini hanya antara kau dan aku, jadikanlah ini rahasia untuk kita berdua. Jika orang-orang mengetahui tentang percakapan ini, maka mereka akan membunuhmu. Aku tidak bisa melawan mereka dan tidak akan mendukung kesaksianmu. Mereka lebih percaya kesaksianku jadi jangan pernah menceritakannya apapun yang terjadi."
Aku berjanji padanya untuk tidak melakukannya, setelah dia merasa yakin dengan janjiku, kemudian aku mulai menyiapkan perjalananku dan mengucapkan selamat tinggal kepadanya.
Dia memberiku 50 dinar emas dan aku
menaiki kapal ke kota Mayorka dimana aku tinggal bersama orangtuaku selama 6
bulan, kemudian aku pergi ke Sicily dan tetap disana selama 5 bulan sembari
menunggu kapal yang berangkat ke negeri muslim. Akhirnya sebuah kapal yang
menuju Tunisia datang."
Kemudian Anselm menceritakan tentang
dirinya yang pergi ke Tunisia dan para sarjana Kristen yang mendengar perihal
kedatangannya, menyambutnya dengan gembira, (pada periode ini Anselm telah
menjadi terkenal karena pengetahuannya, itulah mengapa kedatangannya disambut)
tapi Anselm lebih memilih untuk masuk Islam.
Jadi kisah Anselm dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita. Dia dan gurunya mengetahui bahwa sang Paraclete adalah Nabi Muhammad seperti yang dinubuatkan dalam Bible.
Catatan: Kisah ini adalah kisah nyata. Kisah ini ditulis oleh Anselm Tormeeda sendiri dalam bukunya yang berjudul تحفة الأريب في الرد على أهل الصليب. Buku ini sendiri sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Gift to the Intelligent or Refuting the Arguments of the Christians. Jadi disini saya (penulis blog) hanya menerjemahkan dari buku tersebut. Tidak ada maksud untuk menjelek-jelekkan agama atau kelompok tertentu. Berikut ini link-nya untuk membaca versi Bahasa Inggrisnya: Silahkan klik disini
0 komentar:
Posting Komentar