Mereka Mengincar 800 Ribu Masjid Dan 40 Ribu Pesantren Di Indonesia
Nasib
Umat Islam Indonesia: Dijadikan sasaran pemusyrikan baru dengan nama
pluralisme agama (istilah pluralisme agama itu bukan dari Islam maka
Ummat Islam tidak faham). Pluralisme agama alias Pemusyrikan baru alias
pemurtadan itu dilancarkan lewat pendidikan tinggi Islam se-Indonesia:
IAIN, UIN, STAIN, STAIS dll. (Baca buku Hartono Ahmad Jaiz, Ada
Pemurtadan di IAIN)
Giliran
kini 800 ribu masjid dan 40 ribu pesantren diincar proyek pemunafikan
yakni Islam biar saja diucapkan asal tidak diamalkan dengan sebenarnya.
Proyek itu bukan dinamai pemunafikan tapi dari nama asing pula biar
Ummat Islam tidak faham, yakni namanya deradikalisasi.
Orang-orang
munafik (yang biasanya memang bekerjasama dengan orang-orang kafir)
dari awalnya sudah digambarkan kebusukannya oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala dengan firman-Nya dalam Kitab Suci Al-Qur’an, di antaranya:
وَإِذَا
قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ
مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا
يَشْعُرُونَ [البقرة/11، 12[
“Dan
bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”. (QS Al-Baqarah/2: 11, 12).
Kerusakan
yang mereka perbuat di muka bumi bukan berarti kerusakan benda,
melainkan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi dan menentang
orang-orang Islam.
***
Sejak
tahun 1975-an Perguruan Tinggi Islam di Indonesia diubah kiblatnya,
dari Islam ke sekuler Barat, dan terus menerus secara sistematis hingga
mencapai “kesuksesan” dalam proyek pemurtadan dengan pemusyrikan baru
yang dinamai seolah keren yakni pluralsme agama telah merata di
perguruan tinggi Islam se-Indonesia: IAIN, STAIN, UIN, STAIS dan
semacamnya. Kini justru pemurtadan alias pemusyrikan baru alias
pluralisme agama alias liberal itu telah ditularkan ke perguruan tinggi
umum di antaranya UI. Tentang pemurtadan lewat pendidikan tinggi Islam
itu sendiri dapat dibaca di buku Hartono Ahmad Jaiz, Ada Pemurtadan di
IAIN.
Proyek
lain, tampaknya kini melalui aneka jalur, bahkan mengincar 800 ribu
masjid dan 40 ribu pesantren. Proyek lain itu apa, dapat dibaca di
tulisan ini.
Kini proyek deradikalisasi menggunakan semua lini dan sektor, mulai dari menghaire mantan teroris (Nasir Abbas, Said Aqil Siraj, dkk) maupun politisi (Nusron Wahid), akademisi, membentuk LSM (Lazuardi Birru), membentuk lembaga taktis (pusat studi deradikalisasi di kampus-kampus, membentuk forum-forum seperti Forum Komunikasi Praktisi Media Nasional (FKPMN), menerbitkan buku, komik, bahkan melakukan kerjasama dengan lembaga keagamaan yang punya otoritas seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Kini proyek deradikalisasi menggunakan semua lini dan sektor, mulai dari menghaire mantan teroris (Nasir Abbas, Said Aqil Siraj, dkk) maupun politisi (Nusron Wahid), akademisi, membentuk LSM (Lazuardi Birru), membentuk lembaga taktis (pusat studi deradikalisasi di kampus-kampus, membentuk forum-forum seperti Forum Komunikasi Praktisi Media Nasional (FKPMN), menerbitkan buku, komik, bahkan melakukan kerjasama dengan lembaga keagamaan yang punya otoritas seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dalam
rapat tertutup dengan Komisi III DPR, BNPT mengajukan anggaran sebesar
Rp. 126 milyar untuk proyek deradikalisasi. Sumber di DPR menyebutkan,
melalui proyek ini BNPT akan menargetkan 800 ribu masjid dan 40 ribu
pesantren sebagai mitra BNPT. Faktanya BNPT kini sudah menandatangani
kerjasama dengan beberapa ormas Islam untuk proyek deradikalisasi.
Masyarakat
dibuat jengkel, pasalnya penanganan separatisme selama ini lambat dan
terkesan tidak pernah selesai. Pemerintah Indonesia sering beralasan
bahwa penanganan separatisme tidak boleh melanggar HAM. Tekanan media
dan pihak asing begitu kuat mengontrol penanganan separatisme. Lain
halnya dengan penanganan terorisme, pihak keamanan cenderung mengabaikan
HAM, asal tembak, dan penuh dengan penyiksaan. Di sisi yang lain, media
tidak mengontrol dengan berita yang berimbang akan tetapi menjadi sound
sepihak bagi Densus 88.
Kesenjangan
antara penanganan terorisme dan separatis sudah dimulai SBY ketika
menjabat sebagai Menko Polkam. SBY mendorong Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
ke PBB sebagai organisasi yang terlibat dalam aksi terorisme. Indonesia
kemudian memberi briefing pada 115 dubes dan perwakilan lembaga
internasional mengenai aksi teror yang dilakukan GAM. Perlakuan tersebut
berbeda dengan perlakukan yang diberikan kepada Organisasi Papua
Merdeka (OPM) di Papua, padahal OPM juga menebar teror. Kasus ini
menggambarkan bahwa separatis yang berafiliasi atau bersentuhan dengan
identitas Islam lebih cenderung di “terorisasi” ketimbang separatis yang
beridentitas Kristen, seperti Republik Maluku Selatan (RMS), maupun
OPM.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan segala kekuasaannya dengan sangat mudah
dapat menelanjangi dan membongkar kebusukan kelompok-kelompok yang
berbuat makar kepada umat Islam. Dalam sebuah acara di Universitas
Paramadina Jakarta awal Mei lalu, Ansyaad Mbai sukses dipermalukan
seorang jurnalis muslim gara-gara menyebut Usamah bin Ladin telah
dikafirkan ulama Saudi. Ia juga pernah menjadi bahan tertawaan para
jurnalis karena ‘keseleo’ lidah saat menyebut salah satu situs radikal,
dengan sebutan: arrahman.com. Padahal situs itu adalah milik komposer
lagu-lagu Bolywood, AR Rahman.
Adanya ‘keresahan’ sejumlah diplomat asing yang negaranya mengucurkan dana bantuan untuk BNPT. Apalagi setelah anggarannya dinaikkan secara fantastis. Seperti diberitakan JPNN, Sabtu (17/9/2011) dalam APBN 2012, BNPT mendapatkan alokasi dana hampir setengah triliyun, tepatnya Rp 476. 610.160.701.000.- Uang tiket saja dikorupsi, bagaimana dengan uang ratusan milyar?
Insya Allah kita akan menguraikannya secara bertahap, dikutip dari suaraislam online.Adanya ‘keresahan’ sejumlah diplomat asing yang negaranya mengucurkan dana bantuan untuk BNPT. Apalagi setelah anggarannya dinaikkan secara fantastis. Seperti diberitakan JPNN, Sabtu (17/9/2011) dalam APBN 2012, BNPT mendapatkan alokasi dana hampir setengah triliyun, tepatnya Rp 476. 610.160.701.000.- Uang tiket saja dikorupsi, bagaimana dengan uang ratusan milyar?
http://www.acehloensayang.com/2011/12/serial-mengungkap-misi-terselubung.html
0 komentar:
Posting Komentar