Lazuardi Birru
Lembaga
Kajian yang baru berdiri tahun 2009 ini konon dilandasi tags-line
menolak fenomena kekerasan yang terjadi mengatasnamakan agama. Lazuardi
Birru kini terus mencuat gara-gara menggelindingkan proyek
deradikalisasi. Lazuardi Birru menjadi pembicaraan di kalangan aktifis
Islam setelah menerbitkan Komik “Kutemukan Makna Jihad”, mengisahkan
perjalanan hidup antara lain Nasir Abbas, mantan Ketua Mantiqi 3 Jamaah
Islamiyah (JI). Komik ini jelas berbau proyek deradikalisasi, sarat
dengan eliminasi makna jihad yang sesungguhnya yang selama ini dipahami
oleh umat Islam. Komik pertama yang diluncurkan Lazuardi Birru adalah
“Ketika Nurani Bicara” pada tahun 2010 yang berkisah tentang Bom Bali.
Lazuardi
Birru juga melakukan berbagai penelitian dan survey terkait
deradikalisasi. Pekan pertama Juli lalu, Lazuardi Birru melansir hasil
penelitiannya, mengidentifikasi sedikitnya ada 13 daerah rawan terorisme
di Indonesia.
Dari
sisi indeks radikalisme dan terorisme, seperti ditulis Pelita online,
Lazuardi Birru mengadakan penelitian di 33 propinsi, yang tinggi angka
indeksnya adalah Nangroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, dan Banten.
Menanggapi
hal itu, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al-Khaththath meragukan
hasil survei yang dilakukan Lazuardi Biru : ”Tiga provinsi itu semua
merupakan daerah dengan penduduk mayoritas Muslim. Dari itu sudah
terlihat ke mana arah survei itu, dan dari mana duit membiayai
surveinya,” kata Khatthath.
Khatthath
mempertanyakan provinsi seperti Maluku, misalnya, yang diketahui selama
10 tahun terakhir ini sebagai daerah paling rawan konflik agama dengan
korban yang tak sedikit. ”Tanyakan kepada Lazuardi Biru itu, bagaimana
dengan indeks Maluku? Tentu tak tinggi karena penduduknya tidak
mayoritas Muslim,” katanya.
Menurut
Khatthath Lazuardi Biru adalah LSM yang mendukung program-program BNPT
(Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) terutama tentang
deradikalisasi. Padahal BNPT yang dipimpin Irjen Polisi Ansyaad Mbai itu
selama ini, menurut Khatthath, menyebarkan ajaran Islam tentang Jihad
dengan salah. ”Jihad ya tetap jihad, tak bisa ditafsirkan seenaknya
untuk kepentingan penguasa, apalagi kepentingan Amerika Serikat,” ujar
Khatthat.
Lazuardi
Birru juga menyebutkan hasil penelitiannya yang menyebut 1,8 juta
penduduk Indonesia terindikasi terorisme. Selain itu, juga mengadakan
pelatihan guru agama se-Jawa Barat. Pelatihan tersebut bertema ‘Guru
yang Humanis dan Berbhineka’. Pelatihan yang dilaksanakan pada 17-18
Oktober ini diikuti oleh sekitar 320 guru agama se-Jawa Barat. Guru-guru
agama ini adalah pengajar agama di sekolah tingkat menengah dan atas.
Pelatihan bertempat di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar